Jumat, 21 Desember 2012

Anak Panahku, Melesatlah.



Hari ini..masa dimana saat engkau membuka mata, menghirup udara, mendengar suara, merasakan suasana dunia, lima tahun lalu. Tepat di hari ini, saat semuanya kita mulai bersama, saat dimana semuanya kita mulai dan tak akan bisa terulang kembali dan Ia telah mempersiapkan semua kebutuhanmu menjalani jalanNya.

Waktu berlalu, seiring semakin bertambahnya engkau menghirup udara syurga dan meneguk air kehidupan. Engkau telah semakin bertambah matang, berisi ilmu dan kehidupan untuk bekal hari esokmu yang akan engkau lalui dalam jalan setapak, berliku, berbatu untuk engkau menemukan jalan fly over agar mencapai nirwana.

Engkau mungkin belum tahu siapa dirimu, kami dan siapapun itu. Tapi kami mengenal betul siapa dirimu, jiwa yang tenang yang tercipta dari kesucian dan keindahan dalam balutan nurani dan wangi syurga penciptamu. Engkau akan mengerti suatu hari nanti, saat dimana engkau merasakan kerasnya dunia dan panasnya mentari yang tak lagi sehangat pagi. Dan engkau juga akan mengerti kelak, pada masa itu yang akan engkau kenal dengan bahasa pendidikanmu dan kecerdasanmu. Engkau akan mengerti sampai saat itu tiba, sekarang……mari kita belajar melangkah untuk tidak tertatih dan terjatuh.


Jiwamu akan selamanya ada dalam nurani raga ini, tak perlu kahwatir untuk dilupakan dan dihilangkan. Tak akan ada yang mampu melakukannya, karena disini, jiwa raga ini akan mempertahankan sampai hembusan nafas terakhir meskipun udara dalam raga ini terhempas dan menguap. Engkau akan mengerti suatu hari nanti, kau tak pernah tergantikan dan terlupakan apalagi terbuang.

Banyak jalan yang telah engkau lewati tetapi tidak berdampingan dengan langkahku, disini. Jejak langkahmu akan selalu melukisakan embun pagi dan indahnya awan dilangit biru dalam hembusan sepoi sang angin dalam genggamanNya. Dan disini, jejak langkahku melukiskan sketsa dirimu, tak lebih dari itu. Sketsa, ya..hanya sketsa saja yang bisa terlukiskan dengan indah dan akan disempurnakan oleh dirimu kelak nanti dan sekarang cukup bagiku melukiskan sketsamu tiap langkah kakiku, hanya sekedar menjadi pijakan agar semakin aku bisa menemukan keping sketsa berwarnamu untuk aku padukan dalam sketsamu.

Berlarilah dan berlarilah terus kedepan, tak perlu ragu dan risau atas apa yang telah engkau tinggalkan dan biarkan raga ini yang akan menemukannya kembali untukmu diujung jalan ini. Jangan engkau teteskan air matamu untuk bumi ini, jangan engkau tumpahkan kesedihan hatimu pada lautan, dan jangan engkau berteriak lantang dalam dendam karena itu sungguh tak perlu. Tak apa jika engkau sesekali menengok apa yang engkau tinggalkan dibelakang, sekedar memastikan akan terbawa olehku. Jangan segan untuk berhenti sejenak pada hamparan sawah padi yang menguning, bicaralah padanya kenapa harus selalu menunduk dan tak berdiri tegap seperti tiang bendera. Berhentilah selalu saat kau melewati hamparan padi di sawah leluhurmu.

Tajamkan pandanganmu disemua penjuru angin, carilah sebuah surau yang melantunkan adzan dan gema IlhamNya. Engkau harus mampu membaca setiap huruf yang tercetak didalamnya untuk engkau jadikan penunjuk arah kemana jalan berikutnya yang harus kau lewati dan sebagai penanda bagiku kemana engkau pergi dan akan menuju kemana arahmu.

Jangan pernah merasa takut dalam jalan gelap yang akan engaku lalui didepan sana, lentera bidadari yang menuntun jalanmu ke bumi ini selalu ada disampingmu dan ia tak akan kemana, selalu ada saat engkau terjatuh dan butuh cahaya. Ia telah aku tinggalkan untuk selalu menemanimu disana, didepan sana, karena aku tak mau ia bersamaku sementar kau disana berlari melintasi gelap sendiri. Biarlah aku disini yang akan menjagamu berlari agar engkau tenang terus berlari kedepan. Dan saat engkau akan kembali, aku ada disini ditempat dimana engkau pernah melewati jalannya. Dan jika engkau tak bisa melihat keberadaanku disini, engkau akan melihatnya samar, karena beda antara kau disana dan aku disini hanya dibatasi lentera bidadari yang aku miliki dan bidadarimu miliki. Dan saat gelap semakin kelam engkau telah memiliki dua bidadari terbaik yang tak akan pernah segan berbagi cahaya dan mengantarkannya untukmu. Dan saat benderang, engkau punya dua bidadari yang akan memberikan sayapnya menaungimu dibawah sebatang pohon yang menjadi pantulan angin menyejukkanmu, dan sayap lain dua bidadarimu melegakanmu. Saat engkau tertikam dingin, ada satu goa yang menghangatkanmu dengan dua bidadarimu menjaga lelap tidurmu.

Jadi, kenapa masih berlari. Melesatlah anak panahku, Muhamad Albara Winadharma Putra, anakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar