Kamis, 19 April 2012

Menikahku untuk apa?

Sekitar setahun yang lalu, ketika Istri dari seorang yang membangun masjid Al Hidayah meninggal. sang istri hampir tiap hari berada di makam sang suami yang dimakamkan di komplek masjid tersebut. Beliau pulang hanya untuk makan siang dan tidur malam, selebihnya ia habiskan di makam sang suami tercinta dengan selalu berurai air mata.
Karena setiap hari saya lewat di depan masjid tersebut, dan melihat sang Ibu selalu meratapi kepergian suaminya yang sudah meninggal 6 hari tetapi masih saja ia berurai air mata. Karena penasaran akhirnya saya bertanya kepada sang Ibu. "Kenapa ibu selalu menangisi kepergian pak haji? adakah hal yang belum terlaksana atau ada janji yang tidak ditepati ataukah ketidaksanggupan ibu untuk menjalani hari-hari berikutnya sorang diri tanpa ada pak haji?"
"Bukan itu mas. Bukan kepergian Bapak yang saya tangisi, bukan juga karena ada janji atau ada hal yang belum terlaksana. Bkan juga karena harus menjalani hidup tanpa kehadiran Bapak. Anak-anak, menantu dan cucu-cucu cukup menemani hari-hari saya." Jawab Bu Haji dengan tatapan sayu karena terlalu banyak menangis.
"Lantas kenapa bu" tanyaku kembali
"Dulu sebelum Bapak meninggal, saya berharap semoga saya lebih dulu menghadap Alloh sebelum suamiku. Agar seluruh hidupku telah saya abdikan sebagai istri dari suamiku dan ibu dari anak-anakku hingga detik terakhir. Tetapi kehendak Alloh berlainan dengan harapan saya, Bapak yang harus meninggal terlebih dahulu sebelum saya. Sekarang saya tidak lagi bisa mendapatkan segala kemudahan syurga seperti saat saya mendampingai Bapak. Ketika masih ada Bapak, senyum ikhlas saya kepada Bapak, adalah pahala besar istri telah menyenangkan hati suami. Ketika Bapak tidak mengijinkan say keluar rumah, sayapun ikhlas tetap berada dirumah. Sekarang Bapak sudah tidak ada, pahala atas ibadah saya sebagai istri sekarang menjadi susah saya dapatkan tidak seperti ketika saya masih ada Bapak. Itulah yang saya tangisi setiap hari, kehilangan kesempatan emas untuk menjadi penghuni syurga dari amalan ibadah seorang istri.” Jawab Ibu dengan mata berkaca-kaca.
Tak ada lagi kata yang bisa saya katakan, hanya diam dan tak tau mesti berbuat apa. Pamit kembali berangkat ke kantor yang bisa saya lakukan dengan meninggalkan sang Ibu ada di makam sang suami.

Terlepas dari benar atau salah statement yang dikeluarkan bu haji, ada sebuah makna besar terkandung disitu bahwa setiap hal yang saling membahagiakan, atau aktifitas apapun selama masih dalam koridor iman dan islam yang dilakukan berdua bersama sebagai suami istri adalah terdapat pahal yang sangat besar. Subhanalloh.

Akan lebih sempurna ketakwaan seorang Mukmin”, kata Rasululloh saw.,”jika ia mempunyai seorang istri yang shalikhah, jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpaj membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya

Abdullah bin ‘Abbas, kata Ath-Thabrani dan Ibn Mardawaih, meriwayatkan bahwa Rasululloh saw., bersabda “Ketika seseorang masuk ke syurga, ia menanyakan orangtua, istri dan anak-anaknya. Lalu dikatakan padanya, ‘Mereka tidak mencapai derajat amalmu’. Ia berkata ,’Ya Tuhanku, aku beramal bagiku dan bagi mereka’. Lalu Alloh memerintahkan untuk menyusulkan keluarganya ke syurga itu

Jika pernikahan Anda dan kita barokah, insyaalloh, kita akan mendapatkan pernikahan sebagai jalan yang menyelamatkan. Siapa saja yang memperoleh keselamatan? Anda sendiri, istri/suami, anak, cucu, serta orang tuan termasuk mertua. Mereka akan saling tolong menolong dengan amalnya, sepanjang anak, cucu, istri/suami, orangtua dan mertua tetap dalam keimanan dan takwa. Mereka yang derajat amalnya kurang disusulkan kepada yang derajat amalnya lebih tinggi.
Kenapa mertua bisa kita selamatkan dari jalan pernikahan?
Mertua adalah ora tua dari Istri/Suami sebagai pendamping hidup kita. Jika saat menikah, istri meniatkan untuk mencapai keselamatan agama dan menjaga kehormatan farjin-nya, insyaalloh yang demikian ini dapat membawa orang tuanya kepada keselamatan dunia akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar