Kamis, 29 Maret 2012

Kita lawan kekecewaan dengan Istiqomah


Dalam kehidupan manusia, kita tidak akan terlepas dari keinginan untuk banyak hal. Keinginan memiliki sesuatu, keinginan untuk mendaptkan jabatan, keinginan untuk berpergian, dan masih banyak lagi. Tapi semuanya itu pada akhirnya akan kita hadapai dalam kenyataan, karena keinginan hanyalan sebuah hasrat yang muncul dalam otak dan akan direspon oleh hati ataupun juga sebaliknya. Tetapi ketika kita menjalani kehidupan ini yang bukan mimpi…maka kita akan ketemu dengan yang namanya kenyataan.

Kenyataan adalah sesuatu yang harus kita hadapi bukan untuk dihindari, karena sekuat apapun kita akan menghindarinya maka waktu akan berjalan dengan pasti dan tidak akan pernah kembali. Waktu akan berjalan dan terus berjalan dengan atau tanpa kita berjalan bersamanya. Tinggal bagaimana kita mengatur manajemen waktu kita agar tidak ada sedetik waktupun kita yang kita lewatkan dengan sia-sia dan percuma yang pada akhirnya kita akan menyesalinya waktu yang telah berlalu.


Setiap keinginan yang muncul dalam benak kita, oleh hati dan otak akan kita respon dan kita aktualisasikan dalam kehidupan nyata menjadi kenyataan ataukah hanya tinggal kenangan, hilang dan terbuang. Tetapi pada kenyataannya, hidup adalah berawal dari keinginan dan keinginan dan keinginan yang pada akhirnya memunculkan harapan untuk merealisasikan dengan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya. Oleh karena itu munculah pendidikan yang memberi kita inspirasi untuk menemukan cara menjadikan keinginan sebagai sesuatu hal yang nyata terjadi dan kita ada didalamnya.


Proses untuk mewujudkan keinginan akan kita lewati dengan banyak cara, banyak jalan dan banyak waktu tinggal kita bisa menjadikan kesemuanya itu menjadi efektif dan efisien untuk mencapai menjadi kenyataan. Ada yang terwujud dan ada juga yang tidak menjadi nyata, semuanya adalah tinggal bagaimana kita berusaha seberapa kuatnya kita akan mendapatkan keinginan kita menjadi nyata.

Bagi yang menjadi kenyataan atas pengharapannya, maka itu menjadikan amanah dari Alloh SWT untuk kita bisa menjadikan kenyataan atas keinginan kita sebagai rokhmatan lil’alaimin. Atau ketika kita tidak bisa menjadikan keinginan kita nyata, berarti kita masih harus berusahan dengan tetap ikhtiar, ikhlas, istiqomah dan istigfar agar kita tidak menyerah atas keadaan.

Kekecewaan memang pahit bagi yang mereka yang gagal. Orang sering tidak tahan menghadapi kekecewaan yang muncul, mereka berusaha untuk membuang jauh–jauh sumber kekecewaan, berusaha meredam dalam–dalam atau segera menutupi rapat-rapat dengan tindakan dan perilaku yang tidak memunculkan kenangan atas kegagalan dan kekecewaan.  Mereka yang menekan rasa kecewanya, sekilas tampak baik-baik saja akan tetapi setiap saat dalam kondisi yang rawan dimana perasaan kekecewaan itu mudah bangkit lagi dan bisanya akan diikuti oleh rasa sakit hati yang lebih perih. Kondisi seperti inilah yang sebetulnya sangat tidak dikehendaki dalam Islam.

Islam menghendaki kekecewaan itu menghilang pelan-pelan secara wajar, let it flow kalo orang bilang, sehingga kita bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan yang membuat kita tidak kehilangan obyektivitas dan kejernihan hati. Kalau kita bisa mengambil jarak, kta tidak akan terjerembab dalam subyektivitas yang tajam, kita akan menjadi lebih tegar meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih lama daripada menekan rasa kekecewaan. Kecewa adalah perasaan yang manusiawi ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Tetapi kecewa harus diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia tidak menjatuhkan kita ke jurang kenistaan. Dan bila Kekecewaan muncul dihatimu..jangan cepat dilupakan dan dibuang tapi jangan pula diperturutkan agar kita bisa introspeksi dan mencari alternatif agar kita tetap istighfar dan tetap istiqomah.

Rasululloh s.a.w mengajarkan “Ada tiga hal perkara dimana tidak seorangpun yang dapat terlepas darinya, yaitu prasangkan, rasa sial dan dengki. Dan aku akan memberikan jalan keluar bagimu dari semua itu, yaitu apabila timbul pada dirimu prasangka, janganlah dinyatakan dan bila timbul di hatimu rasa kecewa, jangan cepat dienyahkan, dan bila timbul di hatimu dengaki, janganlah diperturutkan”.

Kalau Anda ternyata mengalami rasa kecewa, periksalah niat-niat Anda. Dibalik yang Anda anggap baik, mungkin ada niat-niat yang tidak lurus. Periksalah kembali dengan introspeksi, apakah ada motif-motif yang melintas dalam benak batin Anda selama Anda menjalankan keinginan ada yang tidak benar, ada motif negative terselubung dengan dibungkus motif baik dan positif.

Oleh sebab itu agar tidak terombang ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Salah satu pegangan dan amalan penting yang diberikan agama kita untuk menghadapi kehidupan ini adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar.
1.       Istiqomah
yaitu kokoh dalam dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah. Begitu pentingnya Istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Sufyan bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku telah berkata, “wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain engkau. Nabi menjawab,”katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah”
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halam, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan. Orang seperti itulah yang dipuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-qura’an surat Fusilat ayat 30 : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhakan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
2.       Istikharah
Istikharah, selalu mohon petunjuk kepada Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapakan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk  kepada Allah. Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda: Barang siapa yang beriman kepad Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR Al-bukhari dan muslim dari Abu Hurairah)
Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow” (berfikirlah hari ini dan berbicaralah besok). Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi apabila ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari. Nabi Muhammad Shallahu ‘alahi wa sallam bersabda: Tidak rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
3.       Istighfar
Istighfar, yaitu selalu introspeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah. Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena itu ia harus diobati.  Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita instrospeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloaan Allah. Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kesalahan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan terobosan-terobosan yang produktif maka kreatifitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.

Kehidupan yang kita jalan hari ini, esok dan lusa dan seterusnya samai ajal menjemput sangat sarat dengan godaan, cobaan dan rintangan yang harus kita lalui. Tinggal memilih jalannya saja yang akan kita lalui, memilih jalan Alloh dengan Islam dan Iman ataukah jalan setan yang sesat. Pilihan selalu kita punya dan akan selalu ada pilihan untuk setiap hal…so, tetaplah dalam Islam, Iman dan Aqidah. Tetaplah Istighfar, Ikhtiar, Istikharoh dan Istiqomah, insyaalloh kita akan terlindungi dari perbuatan syaiton yang terkutuk. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar