Sabtu, 04 Agustus 2012

Pulanglah, Biarkan kami merawatnya


Maaf kawan, sepertinya penantian dan perjuangan ini akan terhenti disini ditempat dimana kita memulai semuanya pertama kali. Semua proses yang kita jalani tak ada satupun yang memiliki arti, tidak juga buat kita dan kawan-kawan yang lain dan bahkan Management pun juga tidak merasa apa yang kita semua lakukan disini memiliki arti yang banyak. Satu persatu kawan kita telah pergi, mereka bukan orang –orang pengecut kawan, tapi mereka melanjutkan hidup dengan beban yang harus mereka penuhi dan mereka kurangi. Sementara kita masih tertahan disini seperti ini.

Bukan dalam belenggu ketidakpercayaan akan berjalannya kembali sebuah badan hukum ini dan bukan juga kita berada dalam belenggu rasa percaya dan persaudaraan yang diberikan oleh Management kepada kita agar kita tetap bertahan disini, tapi karena kita berada dalam belenggu yang tidak berperaturan sama sekali. Tali belenggu yang mengikat kita sangat lemah dan sangat beresiko untuk putus suatu saat nanti dalam sekali gerakan, tetapi tangan – tangan Management yang mempertahankan kitapun memiliki hal yang sama, tak memiliki energy perbaikan selain energy positif itu sendiri yang membuatnya tetap kuat yang membuat kita tetap bertahan.

Sekian banyak hal yang coba saya bangun untuk membuat segala sesuatunya berperaturan, memiliki makna yang akan berarti suatu saat nanti dan saya yakin itu, tapi apa kata mereka? Bukan semangat yang sama yang seharusnya saya terima, tetapi hanya angin yang tadinya sejuk dan sepoi-sepoi mulai terasa berhembus lebih kencang dari biasanya dan terasa semakin kencangan bersamaan dengan gelombang panas yang mulai membakar kulit ariku. Sadarkah kalian?

Rasululloh pernah bersabda dari mulut beliau yang mulia “sebaik-baik manusia adalah yang hari ini lebih baik dari hari kemarin” dan sudahkah kita melakukan itu sekarang? Kita sudah dalam hampir mendekati angka 24 bulan hanya terdiam membisu tak bersuara, tak bergerak dalam irama yang enak didengarkan oleh telinga pemberian Tuhan ini. Selama ini kita bergerak dalam ritme yang sungguh tanpa komando, masing-masing bergerak dalam langkah yang menurut mereka sendiri adalah benar dalam keyakinan mereka. Dan lihatlah apa yang terjadi kawan…kita mati berlahan. Padahal kita pejuang yang sebenarnya bisa bertahan lebih lama, jauh dari apa yang sebenarnya kita bisa hanya saja kita tidak mau melakukan itu.

Aku tidak sendiri, masih ada beberapa tangan yang mau berdiri saling membahu agar kita tetap bertahan lebih lama, tetapi yang saya rasakan hanyalah terkontaminasi dengan rasa yang sama dalam pegangan erat tangan mereka, tangan mereka gemetar dan berkeringat yang sangat beresiko membuat pegangannya terlepas dan akhirnya kita terjatuh. Aku tau, gemetar dan berkeringatnya mereka bukan karena takut, tapi karena perut mereka lapar dan mereka merasa sia-sia karena dianggap tak berarti. Ternyata aku tak sendiri untuk menyuarakan perbaikan dan adanya keberperaturan, tapi pada akhirnya aku menyadari satu hal. “kamipun dianggap tidak berarti”

Hanya berdiam diri yang bisa kami lakukan, hanya sekedar melihat apa yang akan terjadi berikutnya. Menunggu saat yang tepat untuk berlari sangat kencang dan meninggalkan kalian jauh dibelakang dalam waktu singat, lihat saja nanti. Dan pada saat itu terjadi, sungguh hatiku miris memikirkan nasib badan hukum ini, dan kembali jiwa kami hampa dan sepi mengingat sebuah tangan yang selama ini lembut mendekap erat jiwa kami. Sepasang tangan yang sungguh tak mampu kami tolak meskipun hanya sekedar untuk membantu menyeka keringat kami yang mulai bercucuran menahan panasnya gelombang udara meskipun tangan kami sendiri juga bisa dan sebenarnya mampu untuk melakukannya.

Tolonglah kawan…engkaulah yang kami minta, hanya dirimu saja yang kami minta. Pulanglah kalian…biarkan kami yang akan mengurus badan hukum ini yang sudah kering tinggal tulang dibungkus kulit saja. Kami masih punya kepala dari badan hukum ini yang sudah mulai beruban dan botak ini untuk kami jaga agar tetap tegak dan membusungkan dada saat berjalan meskipun untuk berdiri saja, kaki – kaki badan hukum ini sudah sunguh renta jauh melewati usia mudahnya yang seharusnya gemuk dan berpijak kuat dan tegap. Tak perlu lagi muka manismu itu, kami tak butuhkan lagi hadirnya kalian dalam perawatan ini, karena kami yakin kami mampu tanpa kalian. Hanya satu kebaikan yang bisa kau lakukan, pulanglah kalian, sungguh itu akan membuat kami merasa berterima kasih dan kami sangat menghargainya.

Maaf kawan, kami berbicara…karena kami menunggu niat baikmu saja yang tak akan terlaksana sepertinya. Dan sekarang kami meminta…pulanglah kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar