Senin, 30 Juli 2012

Alhamdulillah, Bejo di PHK bu..


Pagi ini, suasana kantor terlihat mendung dan kaku. Kawan – kawan duduk dikursi panjang itu dengan wajah lesu dan tidak bersemangat. Semuanya menunjukkan raut muka yang sama, sedih. Kekecewaan terlihat jelas di raut muka mereka dan gerak badan yang tidak biasanya. Hanya segelintir orang yang mondar mandir tidak tentu hanya sekedar menghilangkan rasa gelisah menunggu keputusan Management tentang masa depan kerja mereka di perusahaan ini. Pagi ini mereka dipanggil bagian personalia yang akan memberikan keputusan masa depan mereka.

Jauh dibenak hati Bejo, seorang Checker Produksi yang juga ikut dipanggil bos personalia pagi ini. Dua tahun, bukan masa yang sebentar untuk dia mengabdi di perusahaan ini. Dari perusahaan inilah ia akhirnya bisa meminang gadis idaman yang telah ia pacari dari sejak sekolah di SMK dulu. Teringat jelas dalam ingatannya ketika untuk yang ke empat kalinya “lamarannya” ditolak orang tua kekasihnya itu. “kena amun ikam menikah lawan anak ulun, handak diberi makan narai? Ikam begawi ja helu hanyar bulik lagi lah.” Kalimat yang sama seperti tiga kali penolakan sebelumnya. Maklum, kebun keluarga, Bejo tak punya. Warung juga tak ada, hanya bekerja pada salah satu perusahaanlah yang memungkinkan ia untuk mendapatkan penghasilan berbekal ijasah SMK jurusan Management Perkantoran, jurusan yang sungguh tidak menjual untuk masuk dalam perusahaan tambang.

Masih ingat ketika ia memasukkan berkas lamaran ke perusahaan ini dua tahun lalu. Hanya dengan tiga lembar kertas berisi surat lamaran, foto copy ijasah SMK dan foto copy KTP, Bejo pun melamar pekerjaan. Karena hari itu ada seleksi karyawan, Bejopun langsung masuk dalam daftar untuk ikut seleksi dan iapun menunggu giliran untuk seleksi dengan hanya berbekal satu keinginan, menikahi Laksim (ternyata nama pacarnya Laksmi). Namnya pun dipanggil “Bejo!” Tanya orang kantor dengan baju yang kalau kena cahaya dimalam hari jadi silau, “iih pak ae, ulun Bejo”jawabnya. “Isi jawaban nya ya.. 5 menit dari sekarang!”kata orang kantor sambil memberikan selembar kertas penuh dengan angka dan berbagai tanda opersi bilangan matemaika. Seketika, mata Bejo gelap. 5 menit!!! Bagaimana mungkin menyelesaikan semua perhitungan ini dalam 5 menit! “gila neh orang” gumamnya. Tanganya berkeringat, bulir-bulir kecil embun keluar dari dahinya..rasanya tak mampu untuk ia menghitung angka sebanyak itu. “Laksmi!” satu kata yang menyadarkannya untuk segera mengisi jawaban, “kalau saya tidak mengisi, tak ada Laksmi yang akan kunikahi” jerit batinnya mengingatkan Bejo untuk mengisi jawaban. 5 menit berlalu dan lembar itu sudah beralih tangan ke orang kantoran. Dan kembali ia harus menunggu hasil tesnya hari ini.


Seminggu dalam doa dan harapan, Bejo akhirnya diterima bekerja sebagai Checker Produksi dengan kontrak kerja 2 tahun. Sujud syukur Bejo lakukan. Dan hari – hari berikutnya ia lewati dengan bekerja, bekerja dan bekerja demi menikah Laksmi. Setelah dua bulan, Bejo kembali untuk kelima kalinya ke rumah yang sama yang telah menolaknya empat kali sebelumnya. Dengan bangga ia mengatakan kalimat lengkap yang ternyata selalu lupa untuk dia katakana ketika ingin melamar anak perempuan. Seingatnya ia belum pernah mengatakan “saya ingin menikahi anak bapak”, yang selalu ia katakana ternyata hanya 2 kata “bolehkah pak?”. Senyum kecil muncul dibibirnya memperlihatkan lobang kecil diantara 2 buah giginya yang ternyata Bejo ompong, giginya patah satu waktu dulu ia jatuh dari pohon jambu dan nyangkut di jemuran tetangga. Malam itu, ia ke rumah Laksmi dan akhinya kesampaian menikahi Laksmi setelah kontrak kerjanya ia tunjukkan pada bapaknya Laksmi. Kini setelah dua tahun menikahi Laksmi, hadirlah sebuah bayi mungil yang usianya menginjak sembilan bulan yang ia beri nama “Limakali”, masa depannya akan ditentukan pagi ini oleh bos personalia.

Satu persatu kawannya dipanggil masuk ke kantor, ke sebuah ruangan ber-AC yang tak lagi mendinginkan pikirannya. Setiap kali ia melihat satu persatu kawannya yang keluar dari ruangan itu, ada yang pucat, senyum-senyum misterius dan ada juga yang berkaca-kaca. “Bejo!” tersadar namanya dipanggil, iapun bangkit dan menuju ruangan eksekusi, “terserah kau sajalah Alloh, apa yang mau Engaku lakukan padaku.”, kepasrahan mendalam yang dia hanya bisa ucapkan.

Bos personalia menyambut Bejo dengan ramah diikuti senyum sangar Chief Security yang berdiri tegap disampingnya. “akh, ternyata bapak ini penakut, masih berani saya” bangganya dalam hati sekedar menghibur gelisah hatinya. Beliaupun berkata ”kawan,” katanya, “Aku bangga dengan hasil kerjamu selama ini,”lanjutnya. Bejo tentu saja bahagia mendengar pujian bossnya itu. “Namun,” lanjut si boss. Kali ini, hati Bejo itu mulai dihinggapi tanda tanya besar. “Management kita menginginkan untuk mengurangi karyawan dan bejo adalah salah satunya…..” Saat itu juga, pagi yang cerah seakan-akan berubah menjadi gelap gulita sambil sesekali dikilati cahaya dari bunyi petir dan gelegar halilintar yang membuat jiwa bergetar. Dan Bejo hanya bisa terpana seolah tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. “Berapa orang pak yang seperti saya?” pertanyaan yang tanpa terencana muncul dari otaknya. “25 orang” jawab pak boss. “Terima kasih pak” hanya itu yang terucap yang membuat pak boss bingung, “kenapa terima kasih, Bejo nggak sedih”, “Tidak pak. Saya senang saya tidak sendiri, dan itu cukup buat saya membuktikan bahwa saya orang berani yang terpilih”. “koq bisa” si boss mulai tidak mengerti.”Bapak memanggil saja saja pake ditemani pak Satpam, lah saya sendirian. Berarti Bapak takut dengan saya. Kemudian, kawan saya 25 orang, mungkin seharusnya 1 peleton Polisi bapak panggil kalau mau bicara dengan kami sekaligus. Tapi terima kasih pak.” Bejo berdiri dan menjabat tangan pak boss yang masih kelihatan bego dengan muka bodohnya seperti kerbau ditarik hidungnya.

Bejopun keluar ruangan dengan langkah tegap dan tersenyum puas. “Akhirnya, aku bisa menimang Limakali setiap waktu, mengganti popoknya, mengajakanya bermain dan membelikannya mainan, mungkin. Waktu yang sungguh berarti dan dinanti sebelum akhirnya aku bekerja ditempat yang baru dengan hasil yang lebih baik. Insyaalloh.”

2 komentar: