Pagi ini, suasana
kantor terlihat mendung dan kaku. Kawan – kawan duduk dikursi panjang itu
dengan wajah lesu dan tidak bersemangat. Semuanya menunjukkan raut muka yang
sama, sedih. Kekecewaan terlihat jelas di raut muka mereka dan gerak badan yang
tidak biasanya. Hanya segelintir orang yang mondar mandir tidak tentu hanya
sekedar menghilangkan rasa gelisah menunggu keputusan Management tentang masa
depan kerja mereka di perusahaan ini. Pagi ini mereka dipanggil bagian
personalia yang akan memberikan keputusan masa depan mereka.
Jauh dibenak hati
Bejo, seorang Checker Produksi yang juga ikut dipanggil bos personalia pagi
ini. Dua tahun, bukan masa yang sebentar untuk dia mengabdi di perusahaan ini. Dari
perusahaan inilah ia akhirnya bisa meminang gadis idaman yang telah ia pacari dari
sejak sekolah di SMK dulu. Teringat jelas dalam ingatannya ketika untuk yang ke
empat kalinya “lamarannya” ditolak orang tua kekasihnya itu. “kena amun ikam
menikah lawan anak ulun, handak diberi makan narai? Ikam begawi ja helu hanyar
bulik lagi lah.” Kalimat yang sama seperti tiga kali penolakan sebelumnya. Maklum,
kebun keluarga, Bejo tak punya. Warung juga tak ada, hanya bekerja pada salah
satu perusahaanlah yang memungkinkan ia untuk mendapatkan penghasilan berbekal
ijasah SMK jurusan Management Perkantoran, jurusan yang sungguh tidak menjual
untuk masuk dalam perusahaan tambang.
Masih ingat ketika
ia memasukkan berkas lamaran ke perusahaan ini dua tahun lalu. Hanya dengan tiga
lembar kertas berisi surat lamaran, foto copy ijasah SMK dan foto copy KTP,
Bejo pun melamar pekerjaan. Karena hari itu ada seleksi karyawan, Bejopun
langsung masuk dalam daftar untuk ikut seleksi dan iapun menunggu giliran untuk
seleksi dengan hanya berbekal satu keinginan, menikahi Laksim (ternyata nama
pacarnya Laksmi). Namnya pun dipanggil “Bejo!” Tanya orang kantor dengan baju
yang kalau kena cahaya dimalam hari jadi silau, “iih pak ae, ulun Bejo”jawabnya.
“Isi jawaban nya ya.. 5 menit dari sekarang!”kata orang kantor sambil
memberikan selembar kertas penuh dengan angka dan berbagai tanda opersi
bilangan matemaika. Seketika, mata Bejo gelap. 5 menit!!! Bagaimana mungkin
menyelesaikan semua perhitungan ini dalam 5 menit! “gila neh orang” gumamnya. Tanganya
berkeringat, bulir-bulir kecil embun keluar dari dahinya..rasanya tak mampu
untuk ia menghitung angka sebanyak itu. “Laksmi!” satu kata yang menyadarkannya
untuk segera mengisi jawaban, “kalau saya tidak mengisi, tak ada Laksmi yang
akan kunikahi” jerit batinnya mengingatkan Bejo untuk mengisi jawaban. 5 menit
berlalu dan lembar itu sudah beralih tangan ke orang kantoran. Dan kembali ia
harus menunggu hasil tesnya hari ini.