Hari ini..masa
dimana saat engkau membuka mata, menghirup udara, mendengar suara, merasakan
suasana dunia, lima tahun lalu. Tepat di hari ini, saat semuanya kita mulai
bersama, saat dimana semuanya kita mulai dan tak akan bisa terulang kembali dan
Ia telah mempersiapkan semua kebutuhanmu menjalani jalanNya.
Waktu berlalu,
seiring semakin bertambahnya engkau menghirup udara syurga dan meneguk air
kehidupan. Engkau telah semakin bertambah matang, berisi ilmu dan kehidupan
untuk bekal hari esokmu yang akan engkau lalui dalam jalan setapak, berliku,
berbatu untuk engkau menemukan jalan fly over agar mencapai nirwana.
Engkau mungkin
belum tahu siapa dirimu, kami dan siapapun itu. Tapi kami mengenal betul siapa
dirimu, jiwa yang tenang yang tercipta dari kesucian dan keindahan dalam
balutan nurani dan wangi syurga penciptamu. Engkau akan mengerti suatu hari
nanti, saat dimana engkau merasakan kerasnya dunia dan panasnya mentari yang
tak lagi sehangat pagi. Dan engkau juga akan mengerti kelak, pada masa itu yang
akan engkau kenal dengan bahasa pendidikanmu dan kecerdasanmu. Engkau akan
mengerti sampai saat itu tiba, sekarang……mari kita belajar melangkah untuk
tidak tertatih dan terjatuh.
Jiwamu akan
selamanya ada dalam nurani raga ini, tak perlu kahwatir untuk dilupakan dan
dihilangkan. Tak akan ada yang mampu melakukannya, karena disini, jiwa raga ini
akan mempertahankan sampai hembusan nafas terakhir meskipun udara dalam raga
ini terhempas dan menguap. Engkau akan mengerti suatu hari nanti, kau tak
pernah tergantikan dan terlupakan apalagi terbuang.
Banyak jalan
yang telah engkau lewati tetapi tidak berdampingan dengan langkahku, disini.
Jejak langkahmu akan selalu melukisakan embun pagi dan indahnya awan dilangit
biru dalam hembusan sepoi sang angin dalam genggamanNya. Dan disini, jejak
langkahku melukiskan sketsa dirimu, tak lebih dari itu. Sketsa, ya..hanya
sketsa saja yang bisa terlukiskan dengan indah dan akan disempurnakan oleh
dirimu kelak nanti dan sekarang cukup bagiku melukiskan sketsamu tiap langkah
kakiku, hanya sekedar menjadi pijakan agar semakin aku bisa menemukan keping
sketsa berwarnamu untuk aku padukan dalam sketsamu.
Berlarilah dan
berlarilah terus kedepan, tak perlu ragu dan risau atas apa yang telah engkau
tinggalkan dan biarkan raga ini yang akan menemukannya kembali untukmu diujung
jalan ini. Jangan engkau teteskan air matamu untuk bumi ini, jangan engkau
tumpahkan kesedihan hatimu pada lautan, dan jangan engkau berteriak lantang
dalam dendam karena itu sungguh tak perlu. Tak apa jika engkau sesekali
menengok apa yang engkau tinggalkan dibelakang, sekedar memastikan akan terbawa
olehku. Jangan segan untuk berhenti sejenak pada hamparan sawah padi yang
menguning, bicaralah padanya kenapa harus selalu menunduk dan tak berdiri tegap
seperti tiang bendera. Berhentilah selalu saat kau melewati hamparan padi di
sawah leluhurmu.
Tajamkan
pandanganmu disemua penjuru angin, carilah sebuah surau yang melantunkan adzan
dan gema IlhamNya. Engkau harus mampu membaca setiap huruf yang tercetak
didalamnya untuk engkau jadikan penunjuk arah kemana jalan berikutnya yang
harus kau lewati dan sebagai penanda bagiku kemana engkau pergi dan akan menuju
kemana arahmu.
Jangan pernah
merasa takut dalam jalan gelap yang akan engaku lalui didepan sana, lentera
bidadari yang menuntun jalanmu ke bumi ini selalu ada disampingmu dan ia tak
akan kemana, selalu ada saat engkau terjatuh dan butuh cahaya. Ia telah aku
tinggalkan untuk selalu menemanimu disana, didepan sana, karena aku tak mau ia
bersamaku sementar kau disana berlari melintasi gelap sendiri. Biarlah aku
disini yang akan menjagamu berlari agar engkau tenang terus berlari kedepan.
Dan saat engkau akan kembali, aku ada disini ditempat dimana engkau pernah
melewati jalannya. Dan jika engkau tak bisa melihat keberadaanku disini, engkau
akan melihatnya samar, karena beda antara kau disana dan aku disini hanya
dibatasi lentera bidadari yang aku miliki dan bidadarimu miliki. Dan saat gelap
semakin kelam engkau telah memiliki dua bidadari terbaik yang tak akan pernah
segan berbagi cahaya dan mengantarkannya untukmu. Dan saat benderang, engkau
punya dua bidadari yang akan memberikan sayapnya menaungimu dibawah sebatang
pohon yang menjadi pantulan angin menyejukkanmu, dan sayap lain dua bidadarimu
melegakanmu. Saat engkau tertikam dingin, ada satu goa yang menghangatkanmu
dengan dua bidadarimu menjaga lelap tidurmu.
Jadi, kenapa
masih berlari. Melesatlah anak panahku, Muhamad Albara Winadharma Putra,
anakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar