Maaf kawan, sepertinya penantian dan perjuangan ini
akan terhenti disini ditempat dimana kita memulai semuanya pertama kali. Semua
proses yang kita jalani tak ada satupun yang memiliki arti, tidak juga buat
kita dan kawan-kawan yang lain dan bahkan Management pun juga tidak merasa apa
yang kita semua lakukan disini memiliki arti yang banyak. Satu persatu kawan
kita telah pergi, mereka bukan orang –orang pengecut kawan, tapi mereka
melanjutkan hidup dengan beban yang harus mereka penuhi dan mereka kurangi.
Sementara kita masih tertahan disini seperti ini.
Bukan dalam belenggu ketidakpercayaan akan berjalannya
kembali sebuah badan hukum ini dan bukan juga kita berada dalam belenggu rasa
percaya dan persaudaraan yang diberikan oleh Management kepada kita agar kita
tetap bertahan disini, tapi karena kita berada dalam belenggu yang tidak
berperaturan sama sekali. Tali belenggu yang mengikat kita sangat lemah dan
sangat beresiko untuk putus suatu saat nanti dalam sekali gerakan, tetapi
tangan – tangan Management yang mempertahankan kitapun memiliki hal yang sama,
tak memiliki energy perbaikan selain energy positif itu sendiri yang membuatnya
tetap kuat yang membuat kita tetap bertahan.
Sekian banyak hal yang coba saya bangun untuk membuat
segala sesuatunya berperaturan, memiliki makna yang akan berarti suatu saat
nanti dan saya yakin itu, tapi apa kata mereka? Bukan semangat yang sama yang
seharusnya saya terima, tetapi hanya angin yang tadinya sejuk dan sepoi-sepoi
mulai terasa berhembus lebih kencang dari biasanya dan terasa semakin kencangan
bersamaan dengan gelombang panas yang mulai membakar kulit ariku. Sadarkah
kalian?
Rasululloh pernah bersabda dari mulut beliau yang mulia “sebaik-baik manusia adalah yang hari ini lebih baik dari hari kemarin” dan sudahkah kita melakukan itu sekarang? Kita sudah dalam hampir mendekati angka 24 bulan hanya terdiam membisu tak bersuara, tak bergerak dalam irama yang enak didengarkan oleh telinga pemberian Tuhan ini. Selama ini kita bergerak dalam ritme yang sungguh tanpa komando, masing-masing bergerak dalam langkah yang menurut mereka sendiri adalah benar dalam keyakinan mereka. Dan lihatlah apa yang terjadi kawan…kita mati berlahan. Padahal kita pejuang yang sebenarnya bisa bertahan lebih lama, jauh dari apa yang sebenarnya kita bisa hanya saja kita tidak mau melakukan itu.
Aku tidak
sendiri, masih ada beberapa tangan yang mau berdiri saling membahu agar kita
tetap bertahan lebih lama, tetapi yang saya rasakan hanyalah terkontaminasi
dengan rasa yang sama dalam pegangan erat tangan mereka, tangan mereka gemetar
dan berkeringat yang sangat beresiko membuat pegangannya terlepas dan akhirnya
kita terjatuh. Aku tau, gemetar dan berkeringatnya mereka bukan karena takut,
tapi karena perut mereka lapar dan mereka merasa sia-sia karena dianggap tak
berarti. Ternyata aku tak sendiri untuk menyuarakan perbaikan dan adanya
keberperaturan, tapi pada akhirnya aku menyadari satu hal. “kamipun dianggap
tidak berarti”
Hanya berdiam diri yang bisa kami lakukan, hanya
sekedar melihat apa yang akan terjadi berikutnya. Menunggu saat yang tepat
untuk berlari sangat kencang dan meninggalkan kalian jauh dibelakang dalam
waktu singat, lihat saja nanti. Dan pada saat itu terjadi, sungguh hatiku miris
memikirkan nasib badan hukum ini, dan kembali jiwa kami hampa dan sepi
mengingat sebuah tangan yang selama ini lembut mendekap erat jiwa kami.
Sepasang tangan yang sungguh tak mampu kami tolak meskipun hanya sekedar untuk
membantu menyeka keringat kami yang mulai bercucuran menahan panasnya gelombang
udara meskipun tangan kami sendiri juga bisa dan sebenarnya mampu untuk
melakukannya.
Tolonglah kawan…engkaulah yang kami minta, hanya
dirimu saja yang kami minta. Pulanglah kalian…biarkan kami yang akan mengurus
badan hukum ini yang sudah kering tinggal tulang dibungkus kulit saja. Kami
masih punya kepala dari badan hukum ini yang sudah mulai beruban dan botak ini
untuk kami jaga agar tetap tegak dan membusungkan dada saat berjalan meskipun
untuk berdiri saja, kaki – kaki badan hukum ini sudah sunguh renta jauh
melewati usia mudahnya yang seharusnya gemuk dan berpijak kuat dan tegap. Tak
perlu lagi muka manismu itu, kami tak butuhkan lagi hadirnya kalian dalam
perawatan ini, karena kami yakin kami mampu tanpa kalian. Hanya satu kebaikan
yang bisa kau lakukan, pulanglah kalian, sungguh itu akan membuat kami merasa
berterima kasih dan kami sangat menghargainya.
Maaf kawan, kami berbicara…karena kami menunggu niat
baikmu saja yang tak akan terlaksana sepertinya. Dan sekarang kami
meminta…pulanglah kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar