Dalam
kehidupan manusia, kita tidak akan terlepas dari keinginan untuk banyak hal. Keinginan
memiliki sesuatu, keinginan untuk mendaptkan jabatan, keinginan untuk
berpergian, dan masih banyak lagi. Tapi semuanya itu pada akhirnya akan kita
hadapai dalam kenyataan, karena keinginan hanyalan sebuah hasrat yang muncul
dalam otak dan akan direspon oleh hati ataupun juga sebaliknya. Tetapi ketika
kita menjalani kehidupan ini yang bukan mimpi…maka kita akan ketemu dengan yang
namanya kenyataan.
Kenyataan
adalah sesuatu yang harus kita hadapi bukan untuk dihindari, karena sekuat
apapun kita akan menghindarinya maka waktu akan berjalan dengan pasti dan tidak
akan pernah kembali. Waktu akan berjalan dan terus berjalan dengan atau tanpa
kita berjalan bersamanya. Tinggal bagaimana kita mengatur manajemen waktu kita
agar tidak ada sedetik waktupun kita yang kita lewatkan dengan sia-sia dan
percuma yang pada akhirnya kita akan menyesalinya waktu yang telah berlalu.
Setiap keinginan
yang muncul dalam benak kita, oleh hati dan otak akan kita respon dan kita
aktualisasikan dalam kehidupan nyata menjadi kenyataan ataukah hanya tinggal
kenangan, hilang dan terbuang. Tetapi pada kenyataannya, hidup adalah berawal
dari keinginan dan keinginan dan keinginan yang pada akhirnya memunculkan
harapan untuk merealisasikan dengan melakukan berbagai cara untuk
mendapatkannya. Oleh karena itu munculah pendidikan yang memberi kita inspirasi
untuk menemukan cara menjadikan keinginan sebagai sesuatu hal yang nyata
terjadi dan kita ada didalamnya.
Proses untuk mewujudkan keinginan akan kita lewati dengan banyak cara, banyak jalan dan banyak waktu tinggal kita bisa menjadikan kesemuanya itu menjadi efektif dan efisien untuk mencapai menjadi kenyataan. Ada yang terwujud dan ada juga yang tidak menjadi nyata, semuanya adalah tinggal bagaimana kita berusaha seberapa kuatnya kita akan mendapatkan keinginan kita menjadi nyata.
Proses untuk mewujudkan keinginan akan kita lewati dengan banyak cara, banyak jalan dan banyak waktu tinggal kita bisa menjadikan kesemuanya itu menjadi efektif dan efisien untuk mencapai menjadi kenyataan. Ada yang terwujud dan ada juga yang tidak menjadi nyata, semuanya adalah tinggal bagaimana kita berusaha seberapa kuatnya kita akan mendapatkan keinginan kita menjadi nyata.
Bagi yang
menjadi kenyataan atas pengharapannya, maka itu menjadikan amanah dari Alloh
SWT untuk kita bisa menjadikan kenyataan atas keinginan kita sebagai rokhmatan lil’alaimin.
Atau ketika kita tidak bisa menjadikan keinginan kita nyata, berarti kita masih
harus berusahan dengan tetap ikhtiar, ikhlas, istiqomah dan istigfar agar kita
tidak menyerah atas keadaan.
Kekecewaan
memang pahit bagi yang mereka yang gagal. Orang sering tidak tahan menghadapi
kekecewaan yang muncul, mereka berusaha untuk membuang jauh–jauh sumber
kekecewaan, berusaha meredam dalam–dalam atau segera menutupi rapat-rapat dengan
tindakan dan perilaku yang tidak memunculkan kenangan atas kegagalan dan
kekecewaan. Mereka yang menekan rasa
kecewanya, sekilas tampak baik-baik saja akan tetapi setiap saat dalam kondisi
yang rawan dimana perasaan kekecewaan itu mudah bangkit lagi dan bisanya akan
diikuti oleh rasa sakit hati yang lebih perih. Kondisi seperti inilah yang
sebetulnya sangat tidak dikehendaki dalam Islam.
Islam menghendaki
kekecewaan itu menghilang pelan-pelan secara wajar, let it flow kalo orang
bilang, sehingga kita bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan yang membuat kita tidak kehilangan obyektivitas dan kejernihan hati. Kalau kita bisa mengambil
jarak, kta tidak akan terjerembab dalam subyektivitas yang tajam, kita akan
menjadi lebih tegar meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan
lebih lama daripada menekan rasa kekecewaan. Kecewa adalah perasaan yang
manusiawi ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Tetapi kecewa harus
diperlakukan dengan cara yang tepat agar ia tidak menjatuhkan kita ke jurang
kenistaan. Dan bila Kekecewaan muncul dihatimu..jangan cepat dilupakan dan
dibuang tapi jangan pula diperturutkan agar kita bisa introspeksi dan mencari
alternatif agar kita tetap istighfar dan tetap istiqomah.
Rasululloh s.a.w mengajarkan “Ada tiga hal perkara
dimana tidak seorangpun yang dapat terlepas darinya, yaitu prasangkan, rasa
sial dan dengki. Dan aku akan memberikan jalan keluar bagimu dari semua itu,
yaitu apabila timbul pada dirimu prasangka, janganlah dinyatakan dan bila
timbul di hatimu rasa kecewa, jangan cepat dienyahkan, dan bila timbul di
hatimu dengaki, janganlah diperturutkan”.
Kalau Anda
ternyata mengalami rasa kecewa, periksalah niat-niat Anda. Dibalik yang Anda
anggap baik, mungkin ada niat-niat yang tidak lurus. Periksalah kembali dengan
introspeksi, apakah ada motif-motif yang melintas dalam benak batin Anda selama
Anda menjalankan keinginan ada yang tidak benar, ada motif negative terselubung
dengan dibungkus motif baik dan positif.
Oleh
sebab itu agar tidak terombang ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala
kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam
hidup. Salah satu pegangan dan amalan penting yang diberikan agama kita untuk
menghadapi kehidupan ini adalah Istiqomah,
Istikharah dan Istighfar.
1. Istiqomah
yaitu kokoh dalam dalam aqidah dan konsisten dalam
beribadah. Begitu pentingnya Istiqomah ini sampai Nabi Muhammad Shallahu
‘alaihi wasalam berpesan kepada seseorang seperti dalam hadits yang
diriwayatkan dari Abu Sufyan bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku telah berkata, “wahai rasulullah
katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu berkata pada
orang lain selain engkau. Nabi menjawab,”katakanlah aku telah beriman kepada
Allah kemudian beristiqomahlah”
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan
tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada
tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap
memperhatikan haram halam, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia
memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan. Orang seperti
itulah yang dipuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-qura’an surat Fusilat
ayat 30 : “Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan:”tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhakan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”janganlah kamu
merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
2. Istikharah
Istikharah, selalu mohon petunjuk kepada Allah dalam
setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan. Setiap orang
mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi
menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas, dan batas-batas tersebut
adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berfikir
berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapakan sebuah ucapan serta
ia selalu mohon petunjuk kepada Allah. Nabi
Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda: Barang siapa yang beriman kepad Allah dan hari akhir, maka berkatalah
yang baik atau diamlah. (HR Al-bukhari dan muslim dari Abu Hurairah)
Orang bijak berkata “Think today and speak tomorrow”
(berfikirlah hari ini dan berbicaralah besok). Kalau ucapan itu tidak baik
apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan,
sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi apabila ucapan itu benar
dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk
bisa meneriakkan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma’ruf nahi
mungkar.
Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah
kita, agar kita benar benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan
kekecewaan di kemudian hari. Nabi Muhammad Shallahu ‘alahi wa sallam bersabda: Tidak rugi orang yang beristikharah, tidak
akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya
hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
3. Istighfar
Istighfar, yaitu selalu introspeksi diri dan mohon
ampunan kepada Allah. Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai
individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu
sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena itu ia harus
diobati. Tidak sedikit persoalan besar
yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri.
Saatnya kita instrospeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan
koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridloaan
Allah. Dalam persoalan ekonomi, jika rizki Allah tidak sampai kepada kita
disebabkan karena kesalahan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu.
Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah bagian dari musuh kita.
Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan
terobosan-terobosan yang produktif maka kreatifitas dan etos kerja umat yang
harus kita tumbuhkan.
Kehidupan
yang kita jalan hari ini, esok dan lusa dan seterusnya samai ajal menjemput
sangat sarat dengan godaan, cobaan dan rintangan yang harus kita lalui. Tinggal
memilih jalannya saja yang akan kita lalui, memilih jalan Alloh dengan Islam
dan Iman ataukah jalan setan yang sesat. Pilihan selalu kita punya dan akan
selalu ada pilihan untuk setiap hal…so, tetaplah dalam Islam, Iman dan Aqidah. Tetaplah
Istighfar, Ikhtiar, Istikharoh dan Istiqomah, insyaalloh kita akan terlindungi
dari perbuatan syaiton yang terkutuk. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar